Selasa, 25 Januari 2011

" STRATEGI PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA "

Oleh : Charles Mangunsong

BAB I

PENDAHULUAN

Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dilaksanakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien (Kemp, 1995). Dick and Carey (19850) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah sesuatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.

Strategi pembelajaran berbeda dengan desain instruksional karena strategi pembelajaran berkenaan dengan kemungkinan variasi pola dalam arti macam dan urutan umum per­buatan belajar-mengajar yang secara prinsip berbeda antara yang satu dengan yang lain, sedangkan desain instruksional menunjuk kepada cara-cara merencanakan sesuatu sistem lingkungan belajar tertentu, setelah ditetapkan untuk menggunakan satu atau lebih strategi pembelajaran tertentu. Kalau disejajarkan dengan pembuatan rumah, pembicaraan tentang (bermacam-macam) strategi pembelajaran adalah ibarat melacak pelbagai kemungkinan macam rumah yang akan dibangun (joglo, rumah gadang, villa, bale gede, rumah gedung modern, dan sebagainya yang masing-masing menampilkan kesan dan pesan unik), sedang­kan desain instruksional adalah penetapan cetak biru rumah yang akan dibangun itu serta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan langkah-langkah konstruksinya maupun kriteria penyelesaian dari tahap ke tahap sampai dengan penyelesaian akhir.


BAB II

STRATEGI PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA

A. Pengertian Strategi, Metode , dan Pendekatan Pembelajaran

Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dilaksanakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien (Kemp, 1995). Dick and Carey (19850) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah sesuatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.

Metode adalah suatu upaya mengimplementasi rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah disusun.

Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran. Strategi dan metode pembelajaran dapat diturunkan dari pendekatan.

B. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran

Rowntree (1974) mengelompokan strategi pembelajaran ke dalam strategi penyampaian-penemuan atau exposition-discovery learning, strategi, dan strategi pembelajaran kelompok dan strategi pembelajaaran individual atau groups-individual learning.

Dalam strategi exposition, bahan pelajaran disajikan kepada siswa dalam bentuk jadi dan siswa dituntut untuk menguasainya dan tidak dituntut untuk mengolahnnya. Dengan demikian, dalam strategi ini guru berperan sebagai pemberi informasi. Berbeda dengan strategi discovery. Dalam strategi ini, bahan pelajaraan dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai akrtivitas, sehingga tugas guru lebih banyak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswanya.

Strategi belajar individual dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan dan keberhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh kemampuan individu siswa yang bersangkutan. Bahan pelajaran serta bagaimana mempelajarinya didesain untuk belajar sendiri.

Strategi belajar kelompok dilakukan secara beregu. Sekelompok siswa diajar oleh seorang atau beberapa orang guru. Strategi ini tidak memperhatikan kecepatan belajar individual. Setiap individu adalah sama. [1]

C. Pertimbangan Pemilihan Strategi Pembelajaran

Beberapa prinsip-prinsip yang mesti dilakukan oleh pengajar dalam me-milih strategi pembelajaran secara tepat dan akurat, pertimbangan tersebut mesti berdasarkan pada penetapan.

1. Tujuan Pembelajaran

Penetapan tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru dalam memilih metode yang akan digunakan di dalam menyajikan materi pengajaran. Tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pengajaran, serta kemampuan yang harus dimiliki siswa. Sasaran tersebut dapat terwujud dengan menggunakan metode-metode pembelajaran. Tujuan pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu. Terdapat empat komponen pokok dalam merumuskan indikator hasil belajar yaitu:

a. Penentuan subyek belajar untuk menunjukkan sasaran relajar.

b. Kemampuan atau kompetensi yang dapat diukur atau yang dapat ditam-pilkan melalui peformnce siswa.

c. Keadaan dan situasi dimana siswa dapat mendemonstrasikannya.

d. Standar kualitas dan kuantitas hasil belajar.

Berdasarkan indikator dalam penentuan tujuan pembelajaran maka dapat dirumuskan tujuan pembelajaran mengandung unsur : Audience (peserta didik), Behavior (perilaku yang harus dimiliki), Condition (kondisi dan situ-asi) dan Degree (kualitas dan kuantítas hasil belajar). [2]

2. Aktivitas dan Pengetahuan Awal Siswa

Belajar merupakan berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa. Aktivitas tidak dimaksudkan hanya terbatas pada aktifitas fisik saja akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis atau aktivitas mental. Pada awal atau sebelum guru masuk ke kelas memberi materi pengajaran kepada siswa, ada tugas guru yang tidak boleh dilupakan adalah untuk mengetahui pengetahuan awal siswa. Sewaktu memberi materi pengajaran kelak guru tidak kecewa dengan hasil yang dicapai siswa, untuk mendapat pengetahuan awal siswa guru dapat melakukan prates tertulis, tanya jawab di awal pelajaran. Dengan mengetahui pengetahuan awal siswa, guru dapat menyusun strategi memilih metode pembelajaran yang tepat pada siswa-siswa. Pengetahuan awal dapat berasal dari pokok bahasan yang akan kita ajarkan, jika siswa tidak memiliki prinsip, konsep, dan fakta atau memiliki pengalaman, maka kemungkinan besar mereka belum dapat dipergunakan metode yang bersifat belajar mandiri, hanya metode yang dapat diterapkan ceramah, demons-trasi, penampilan, latihan dengan teman, sumbang saran, pratikum, bermain peran dan lain-lain. Sebaliknya jika siswa telah memahami prinsip, konsep, dan fakta maka guru dapat mempergunakan metode diskusi, studi mandiri, studi kasus, dan metode insiden, sifat metode ini lebih banyak analisis, dan memecah masalah.

3. Integritas Bidang Studi/Pokok Bahasan

Mengajar merupakan usaha mengembangkan seluruh pribadi siswa. Oleh karena itu dalam pengelolaan pembelajaran terdapat beberapa prinsip yang harus diketahui di antaranya:

a. Interaktif

Proses pembelajaran merupakan proses interaksi baik antara guru dan siswa, siswa dengan siswa atau antara siswa dengan lingkungannya. Melalui proses interaksi memungkinkan kemampuan siswa akan berkembang baik mental maupun intelektual.

b. Inspiratif

Proses pembelajaran merupakan proses yang inspiratif, yang memung-kinkan siswa untuk mencoba dan melakukan sesuatu. Biarkan siswa berbuat dan berpikir sesuai dengan inspirasinya sndiri, sebab pengetahuan pada dasarnya bersifat subjektif yang bisa dimaknai oleh setiap subjek belajar.

c. Menyenangkan

Proses pembelajaran merupakan proses yang menyenangkan. Proses pembelajaran menyenangkan dapat dilakukan dengan menata ruangan yang apik dan menarik dan pengelolaan pembelajaran yang hidup dan bervariasi, yakni dengan menggunakan pola dan model pembelajaran, media dan sumber-sumber belajar yang relevan. [3]

d. Menantang

Proses pembelajaran merupakan proses yang menantang siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak secara maksimal. Kemampuan itu dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu siswa melalui kegiatan mencoba-coba, berpikir intuitif atau bereksplorasi.

e. Motivasi

Motivasi merupakan aspek yang sangat penting untuk membelajarkan siswa. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan siswa untuk bertindak dan melakukan sesuatu. Seorang guru harus dapat menunjuk-kan pentingnya pengalaman dan materi belajar bagi kehidupan siswa, dengan demikian siswa akan belajar bukan hanya sekadar untuk memperoleh nilai atau pujian akan tetapi didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan-nya.


4. Alokasi Waktu dan Sarana Penunjang

Waktu yang tersedia dalam pemberian materi pelajaran satu jam pelajaran 45 menit, maka metode yang dipergunakan telah dirancang sebelumnya, termasuk di dalamnya perangkat penunjang pembelajaran, perangkat pembe-lajaran itu dapat dipergunakan oleh guru secara berulang-ulang, seperti trans-paran, chart, video pembelajaran, film, dan sebagainya. Metode pembelajaran disesuaikan dengan materi, seperti Bidang Studi Biologi, metode yang akan diterapkan adalah metode praktikum, bukan berarti metode lain tidak kita pergunakan, metode ceramah sangat perlu yang waktunya dialokasi sekian menit untuk memberi petunjuk, aba-aba, dan arahan. Kemudian memungkinkan mempergunakan metode diskusi, karena dari hasil praktikum siswa memerlukan diskusi kelompok untuk memecah masalah/problem yang mereka hadapi.

5. Jumlah Siswa

Idealnya metode yang kita terapkan di dalam kelas perlu mempertimbangkan jumlah siswa yang hadir, rasio guru dan siswa agar proses belajar mengajar efektif, ukuran kelas menentukan keberhasilan terutama pengelolaan kelas dan penyampaian materi.

Para ahli pendidikan berpendapat bahwa mutu pengajaran akan tercapai apabila mengurangi besarnya kelas, sebaliknya pengelola pendidikan mengatakan bahwa kelas yang kecil-kecil cenderung tingginya biaya pendidikan dan latihan. Kedua pendapat ini bertentangan, manakala kita dihadapkan pada mutu, maka kita membutuhkan biaya yang sangat besar, bila pendidikan mempertimbangkan biaya sering mutu pendidikan terabaikan, apalagi saat ini kondisi masyarakat Indonesia mengalami krisis ekonomi yang berkepanjang-an. Pada sekolah dasar umumnya mereka menerima siswa maksimal 40 orang, dan sekolah lanjutan maksimal 30 orang. Kebanyakan ahli pendidikan berpendapat idealnya satu kelas pada sekolah dasar dan sekolah lanjutan 24 orang Ukuran kelas besar dan jumlah siswa yang banyak, metode ceramah le-bih efektif, akan tetapi yang perlu kita ingat metode ceramah memiliki banyak kelemahan dibandingkan metode lainnya, terutama dalam pengukuran keber-hasilan siswa. Disamping metode ceramah guru dapat melaksanakan tanya jawab, dan diskusi. Kelas yang kecil dapat diterapkan metode tutorial karena pemberian umpan balik dapat cepat dilakukan, dan perhatian terhadap kebu-tuhan individual lebih dapat dipenuhi. [4]

6. Pengalaman dan Kewibawaan Pengajar

Guru yang baik adalah guru yang berpengalaman, pribahasa mengatakan ”Pengalaman adalah guru yang baik”, hal ini diakui di lembaga pendidik-an, kriteria guru berpengalaman, dia telah mengajar selama lebih kurang 10 tahun, maka sekarang bagi calon kepala sekolah boleh mengajukan permohonan menjadi kepala sekolah bila telah mengajar minimal 5 tahun. Dengan demikian guru harus memahami seluk-beluk persekolahan. Strata pendidikan bukan menjadi jaminan utama dalam keberhasilan belajar akan tetapi penga-laman yang menentukan, umpamanya guru peka terhadap masalah, memecahkan masalah, memilih metode yang tepat, merumuskan tujuan instruksional, memotivasi siswa, mengelola siswa, mendapat umpan balik dalam proses belajar mengajar. Jabatan guru adalah jabatan profesi, membutuhkan pe-ngalaman yang panjang sehingga kelak menjadi profesional, akan tetapi profesional guru belum terakui seperti profesional lainnya terutama dalam upah (payment), pengakuan (recognize). Sementara guru diminta memiliki penge-tahuan menambah pengetahuan (knowledge esspecialy dan skill) pelayanan (service) tanggung jawab (responsbility)dan persatuan (unity) (Glend Langford, 1978).

Disamping berpengalaman, guru harus berwibawa. Kewibawaan me-rupakan syarat mutlak yang bersifat abstrak bagi guru karena guru harus berhadapan dan mengelola siswa yang berbeda latar belakang akademik dan so-sial, guru merupakan sosok tokoh yang disegani bukan ditakuti oleh anak-anak didiknya. Kewibawaan ada pada orang dewasa, ia tumbuh berkembang mengikuti kedewasaan, ia perlu dijaga dan dirawat, kewibawaan mudah lun-tur oleh perbuatan-perbuatan yang tercela pada diri sendiri masing-masing. Jabatan guru adalah jabatan profesi terhomat, tempat orang-orang bertanya, berkonsultasi, meminta pendapat, menjadi suri tauladan dan sebagainya, ia mengayomi semua lapisan masyarakat.

D. Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran dalam Konteks Standar Proses Pendidikan.

Prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran adalah tidak semua strategi cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan dan semua keadaan. Setiap strategi memiliki kekhasan sendiri-sendiri dan guru harus mampu memilih strategi yang dianggap cocok dengan keadaan. Oleh karena itu, guru harus memahami prinsip-prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran sebagai berikut:

1. Strategi pembelajaran harus berorientasi pada tujuan yang ingin dicapai.

2. Strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa.

3. Strategi pembelajaran harus dapat memperhatikan individualitas siswa.

4. Strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa secara terintegrasi.

E. Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS)

1. Konsep dan Tujuan

PBAS dapat dipandang sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan kepada aktiivitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognotif, afektif, dan psikomotor secara berkembang. Dari konsep diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa tujuan dari PBAS adalah untuk membantu peserta didik agar bisa belajar mandiri dan kreatif, sehingga ia dapat memmperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat menunjang terbentuknya kepribadian yang mandiri. Jika dihubungkan dengan tujuan pendidikan nasional maka PBAS adalah pendekatan yang paling sesuai untuk dikembangkan.

2. Peran Guru Dalam Impementasi PBAS

Dalam implementasi PBAS, guru tidak berperan sebagai satu-satunya sumber belajar yang bertugas menuangkan materi pelajaran kepada siswa, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana memfasilitasi siswa agar belajar. Oleh karena itu, penerapan PBAS menuntut guru untuk kreatif dan inovatif sehingga mampu menyesuaikan kegiatan mengajaranya dengan gaya dan karakteristik belajar siswa. Untuk itu ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukun guru, diantaranya adalah :

a. Mengemukakan berbagai alternative tujuan pembelalajaran yang harus dicapai sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.

b. Menyusun tugas-tugas belajar bersama siswa.

c. Memeberikan informasi tentang kegiatan pembelajaaan yang harus dilakukan.

d. Memberikan motivasi, mendorong siswa untuk belajar, membimbing, dan lain sebagainya melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan.

e. Memberikan bantuan pelayanan pada siswa yang membutuhkan.

f. Membantu siswa dalam menarik suatu kesimpulan.[5]

3. Penerapan PBAS dalam Proses Pembelajaran

Dalam kegiatan belajar mengajar PBAS diwujudkan dalam berbbagai bentuk kegiatan, seperti mendengarkan, berdiskusi, memproduksi sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah, dan lain sebagainya. Keaktifan siswa ada yang secara lanngsung dapat diamati dan ada pula yang tidak dapat secara langsung teramati. Kadar PBAS tidak hanya ditentukan oleh aktivitas fisik semata, akan tetapi juga ditentukan oleh akktivitas nonfisik seperti mental, intelektual, dan emosional.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan PBAS

Keberhasilan penerapan PBAS dalam proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh :

a. Guru

§ Kemampuan guru

§ Sikap professional guru

§ Latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar guru

b. Sarana belajar

§ Ruang kelas

§ Media dan sumber belajar

§ Lingkungan belajar


KESIMPULAN

* Ada dua hal yang patut dicermati dari pengertian-pengertian strategi pembelajaran Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan.

* Metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam kaitannya dengan pembelajaran metode didefinisikan sebagai cara-cara menyajikan bahan pelajara pada peserta didik untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan

* Teknik dan taktik mengajar merupakan pen­jabaran dari metode pembelajaran. Teknik adalah cara yang dilakukan ­orang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode yaitu cara yang harus dilakukan agar metode yang dilakukan berjalan efektif dan efisien. Taktik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Dengan demikian, taktik sifatnya lebih individual.


DAFTAR PUSTAKA

o Hamalik, Oemar. 1990. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito Ibrahim R, Syaodih S Nana. 2003.

o Ed. Allyn & Bacon: London Nasution. S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Menga-jar. Jakarta: Bumi Aksara.


[1] ibid

[2] Hamalik, Oemar. 1990. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito Ibrahim R, Syaodih S Nana. 2003.

[3] Ed. Allyn & Bacon: London Nasution. S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Menga-jar. Jakarta: Bumi Aksara.

[4] ibid

[5] ibid

"Proses Penciptaan Manusia Menurut Islam"

Oleh : Charles Mangunsong

Proses Penciptaan Manusia Menurut Islam

Penciptaan manusia dan aspek-aspeknya yang luar biasa itu ditegaskan dalam banyak ayat. Beberapa informasi di dalam ayat-ayat ini sedemikian rinci sehingga mustahil bagi orang yang hidup di abad ke-7 untuk mengetahuinya. Beberapa di antaranya sebagai berikut:
1. Manusia tidak diciptakan dari mani yang lengkap, tetapi dari sebagian kecilnya
(spermazoa).
2. Sel kelamin laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin bayi.
3. Janin manusia melekat pada rahim sang ibu bagaikan lintah.
4. Manusia berkembang di tiga kawasan yang gelap di dalam rahim.
Setetes Mani
Selama persetubuhan seksual, 250 juta sperma terpancar dari si laki-laki pada satu waktu. Sperma-sperma melakukan perjalanan 5-menit yang sulit di tubuh si ibu sampai menuju sel telur. Hanya seribu dari 250 juta sperma yang berhasil mencapai sel telur. Sel telur, yang berukuran setengah dari sebutir garam, hanya akan membolehkan masuk satu sperma. Artinya, bahan manusia bukan mani seluruhnya, melainkan hanya sebagian kecil darinya. Ini dijelaskan dalam Al-Qur'an :

"Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya setitik mani yang dipancarkan?" (QS Al Qiyamah:36-37)

Seperti yang telah kita amati, Al-Qur'an memberi tahu kita bahwa manusia tidak terbuat dari mani selengkapnya, tetapi hanya bagian kecil darinya. Bahwa tekanan khusus dalam pernyataan ini mengumumkan suatu fakta yang baru ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern itu merupakan bukti bahwa pernyataan tersebut berasal dari Ilahi.
Segumpal Darah Yang Melekat di Rahim
Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan sel telur wanita, intisari bayi yang akan lahir terbentuk. Sel tunggal yang dikenal sebagai "zigot" dalam ilmu biologi ini akan segera berkembang biak dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi "segumpal daging". Tentu saja hal ini hanya dapat dilihat oleh manusia dengan bantuan mikroskop.

Namun, zigot tersebut tidak melewatkan tahap pertumbuhannya begitu saja. Ia melekat pada dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap di bumi dengan carangnya. Melalui hubungan semacam ini, zigot mampu mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi pertumbuhannya. (Moore, Keith L., E. Marshall Johnson, T. V. N. Persaud, Gerald C. Goeringer, Abdul-Majeed A. Zindani, and Mustafa A. Ahmed, 1992, Human Development as Described in the Qur'an and Sunnah, Makkah, Commission on Scientific Signs of the Qur'an and Sunnah, s. 36)

Di sini, pada bagian ini, satu keajaiban penting dari Al Qur'an terungkap. Saat merujuk pada zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu, Allah menggunakan kata "'alaq" dalam Al Qur'an:
"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari 'alaq (segumpal darah). Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah." (QS Al 'Alaq:1-3)
Arti kata "'alaq" dalam bahasa Arab adalah "sesuatu yang menempel pada suatu tempat". Kata ini secara harfiah digunakan untuk menggambarkan lintah yang menempel pada tubuh untuk menghisap darah.
Pembungkusan Tulang oleh Otot
Sisi penting lain tentang informasi yang disebutkan dalam ayat-ayat Al Qur'an adalah tahap-tahap pembentukan manusia dalam rahim ibu. Disebutkan dalam ayat tersebut bahwa dalam rahim ibu, mulanya tulang-tulang terbentuk, dan selanjutnya terbentuklah otot yang membungkus tulang-tulang ini.

"Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik" (QS Al Mu'minun:14)

Embriologi adalah cabang ilmu yang mempelajari perkembangan embrio dalam rahim ibu. Hingga akhir-akhir ini, para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang dan otot dalam embrio terbentuk secara bersamaan. Karenanya, sejak lama banyak orang yang menyatakan bahwa ayat ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Namun, penelitian canggih dengan mikroskop yang dilakukan dengan menggunakan perkembangan teknologi baru telah mengungkap bahwa pernyataan Al Qur'an adalah benar kata demi katanya.

Penelitian di tingkat mikroskopis ini menunjukkan bahwa perkembangan dalam rahim ibu terjadi dengan cara persis seperti yang digambarkan dalam ayat tersebut. Pertama, jaringan tulang rawan embrio mulai mengeras. Kemudian sel-sel otot yang terpilih dari jaringan di sekitar tulang-tulang bergabung dan membungkus tulang-tulang ini.
Peristiwa ini digambarkan dalam sebuah terbitan ilmiah dengan kalimat berikut:
Dalam minggu ketujuh, rangka mulai tersebar ke seluruh tubuh dan tulang-tulang mencapai bentuknya yang kita kenal. Pada akhir minggu ketujuh dan selama minggu kedelapan, otot-otot menempati posisinya di sekeliling bentukan tulang. (Moore, Developing Human, 6. edition,1998.)

Tiga Tahapan Bayi Dalam Rahim

Dalam Al Qur'an dipaparkan bahwa manusia diciptakan melalui tiga tahapan dalam rahim ibunya.

"... Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?" (Al Qur'an, 39:6)

Sebagaimana yang akan dipahami, dalam ayat ini ditunjukkan bahwa seorang manusia diciptakan dalam tubuh ibunya dalam tiga tahapan yang berbeda. Sungguh, biologi modern telah mengungkap bahwa pembentukan embrio pada bayi terjadi dalam tiga tempat yang berbeda dalam rahim ibu. Sekarang, di semua buku pelajaran embriologi yang dipakai di berbagai fakultas kedokteran, hal ini dijadikan sebagai pengetahuan dasar. Misalnya, dalam buku Basic Human Embryology, sebuah buku referensi utama dalam bidang embriologi, fakta ini diuraikan sebagai berikut:
"Kehidupan dalam rahim memiliki tiga tahapan: pre-embrionik; dua setengah minggu pertama, embrionik; sampai akhir minggu ke delapan, dan janin; dari minggu ke delapan sampai kelahiran." (Williams P., Basic Human Embryology, 3. edition, 1984, s. 64.)
Fase-fase ini mengacu pada tahap-tahap yang berbeda dari perkembangan seorang bayi. Ringkasnya, ciri-ciri tahap perkembangan bayi dalam rahim adalah sebagaimana berikut:
- Tahap Pre-embrionik
Pada tahap pertama, zigot tumbuh membesar melalui pembelahan sel, dan terbentuklah segumpalan sel yang kemudian membenamkan diri pada dinding rahim. Seiring pertumbuhan zigot yang semakin membesar, sel-sel penyusunnya pun mengatur diri mereka sendiri guna membentuk tiga lapisan.
- Tahap Embrionik
Tahap kedua ini berlangsung selama lima setengah minggu. Pada masa ini bayi disebut sebagai "embrio". Pada tahap ini, organ dan sistem tubuh bayi mulai terbentuk dari lapisan- lapisan sel tersebut.
- Tahap fetus
Dimulai dari tahap ini dan seterusnya, bayi disebut sebagai "fetus". Tahap ini dimulai sejak kehamilan bulan kedelapan dan berakhir hingga masa kelahiran. Ciri khusus tahapan ini adalah terlihatnya fetus menyerupai manusia, dengan wajah, kedua tangan dan kakinya. Meskipun pada awalnya memiliki panjang 3 cm, kesemua organnya telah nampak. Tahap ini berlangsung selama kurang lebih 30 minggu, dan perkembangan berlanjut hingga minggu kelahiran.
Yang Menentukan Jenis Kelamin Bayi
"Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita, dari air mani, apabila dipancarkan." (QS An Najm:45-46)
Cabang-cabang ilmu pengetahuan yang berkembang seperti genetika dan biologi molekuler telah membenarkan secara ilmiah ketepatan informasi yang diberikan Al Qur'an ini. Kini diketahui bahwa jenis kelamin ditentukan oleh sel-sel sperma dari tubuh pria, dan bahwa wanita tidak berperan dalam proses penentuan jenis kelamin ini.

Kromosom adalah unsur utama dalam penentuan jenis kelamin. Dua dari 46 kromosom yang menentukan bentuk seorang manusia diketahui sebagai kromosom kelamin. Dua kromosom ini disebut "XY" pada pria, dan "XX" pada wanita. Penamaan ini didasarkan pada bentuk kromosom tersebut yang menyerupai bentuk huruf-huruf ini. Kromosom Y membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kelelakian, sedangkan kromosom X membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kewanitaan.
Pembentukan seorang manusia baru berawal dari penggabungan silang salah satu dari kromosom ini, yang pada pria dan wanita ada dalam keadaan berpasangan. Pada wanita, kedua bagian sel kelamin, yang membelah menjadi dua selama peristiwa ovulasi, membawa kromosom X. Sebaliknya, sel kelamin seorang pria menghasilkan dua sel sperma yang berbeda, satu berisi kromosom X, dan yang lainnya berisi kromosom Y. Jika satu sel telur berkromosom X dari wanita ini bergabung dengan sperma yang membawa kromosom Y, maka bayi yang akan lahir berjenis kelamin pria.
Dengan kata lain, jenis kelamin bayi ditentukan oleh jenis kromosom mana dari pria yang bergabung dengan sel telur wanita.
Saripati Tanah dalam Campuran Air Mani
Cairan yang disebut mani tidak mengandung sperma saja. Cairan ini justru tersusun dari campuran berbagai cairan yang berlainan. Cairan-cairan ini mempunyai fungsi-fungsi semisal mengandung gula yang diperlukan untuk menyediakan energi bagi sperma, menetralkan asam di pintu masuk rahim, dan melicinkan lingkungan agar memudahkan pergerakan sperma.
Yang cukup menarik, ketika mani disinggung di Al-Qur'an, fakta ini, yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern, juga menunjukkan bahwa mani itu ditetapkan sebagai cairan campuran:
"Sungguh, Kami ciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur, lalu Kami beri dia (anugerah) pendengaran dan penglihatan." (Al Qur'an, 76:2}
Di ayat lain, mani lagi-lagi disebut sebagai campuran dan ditekankan bahwa manusia diciptakan dari "bahan campuran" ini:
"Dialah Yang menciptakan segalanya dengan sebaik-baiknya, Dia mulai menciptakan manusia dari tanah liat. Kemudian Ia menjadikan keturunannya dari sari air yang hina." (Al Qur'an, 32:7-8)
Kata Arab "sulala", yang diterjemahkan sebagai "sari", berarti bagian yang mendasar atau terbaik dari sesuatu. Dengan kata lain, ini berarti "bagian dari suatu kesatuan". Ini menunjukkan bahwa Al Qur'an merupakan firman dari Yang Berkehendak Yang mengetahui penciptaan manusia hingga serinci-rincinya. Yang Berkehendak ini ialah Pencipta manusia.

"Aliran dalam Psikologi Perkembangan"

Oleh : Charles Mangunsong

A. Latar Belakang

Dominasi pengaruh terhadap perkembangan seseorang tidak selalu dapat dilihat secara langsung dengan kasat mata karena kadangkala pengaruh yang ditanamkan tidak menancap dalam mempengaruhi pada psikis seseorang dan boleh jadi karena ketidakselarasan dengan nilai sosial sekitar yang digeluti yang secara tidak langsung dan sadar telah membentuk karakteristik dalam cara pandang.
Banyak faktor yang menyebabkan existnya diri seseorang yang tidak dapat diraba atau dipengaruhi dari luar dan begitu juga sebaliknya, lebih mudahnya untuk mempengaruhi seseorang.

Hal ini dapat dicontohkan pada existnya keyakinan Ibrahim terhadap Tuhan yang Esa, yang tidak ada sekutu atau partner bagi-Nya, bukan kepada berhala-berhala yang diyakini oleh masyarakat pada saat itu, baik raja Namrud sendiri maupun rakyatnya. Kuatnya faktor endogen yang ada pada diri Ibrahim tersebut tidak dapat dielakkan apalagi dinafikan dari dalam putaran rotasi sejarah, namun banyak juga masyarakat pada masa Ibrahim yang lebih mudah terpengaruh karena faktor eksogen.
Dari contoh lintasan sejarah Ibrahim di atas, manakah yang lebih unggul mendominasi antara faktor endogen dan eksogen? Atau kedua-duanya bisa saling melengkapi dengan mensinkronisasikan dua unsur tersebut yang sering disebut dengan persesuaian atau kovergensi.

Oleh karena itu, penulis menuliskan aliran – aliran dalam Psikologi Perkembangan dan juga tugas dua akan membahas tentang Perkembangan menurut Islam.

1. Aliran Fungsional

Teori struktural fungsional mengansumsikan bahwa masyarakat merupakan sebuah sistem yang terdiri dari berbagai bagian atau subsistem yang saling berhubungan. Bagian-bagian tersebut berfungsi dalam segala kegiatan yang dapat meningkatkan kelangsungan hidup dari sistem. Fokus utama dari berbagai pemikir teori fungsionalisme adalah untuk mendefinisikan kegiatan yang dibutuhkan untuk menjaga kelangsungan hidup sistem sosial. Terdapat beberapa bagian dari sistem sosial yang perlu dijadikan fokus perhatian, antara lain ; faktor individu, proses sosialisasi, sistem ekonomi, pembagian kerja dan nilai atau norma yang berlaku.

Pemikir fungsionalis menegaskan bahwa perubahan diawali oleh tekanan-tekanan kemudian terjadi integrasi dan berakhir pada titik keseimbangan yang selalu berlangsung tidak sempurna. Artinya teori ini melihat adanya ketidakseimbangan yang abadi yang akan berlangsung seperti sebuah siklus untuk mewujudkan keseimbangan baru. Variabel yang menjadi perhatian teori ini adalah struktur sosial serta berbagai dinamikanya. Penyebab perubahan dapat berasal dari dalam maupun dari luar sistem sosial.

2 Aliran Biologis

Menurut Maslow (Rakhmat dalam Zohar dan Marshall, 2000) psikologi belum sempurna sebelum difokuskan kembali dalam pandangan spiritual dan transpersonal. Penelusuran pemahaman kecerdasan spiritual (SQ) saat sekarang nampaknya cukup relevan, mengingat banyaknya persoalan-persoalan sosial yang semakin membebani hidup seseorang.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Frankl (Koeswara, 1992) bahwa sebagian besar masyarakat sekarang mengidap neurosis kolektif. Ciri dari gejala tersebut adalah:

1. Sikap masa bodoh terhadap hidup, yaitu suatu sikap yang menunjukkan pesimisme dalam menghadapi masa depan hidupnya.

2. Sikap fatalistik terhadap hidup, menganggap bahwa masa depan sebagai sesuatu yang mustahil dan membuat rencana bagi masa depan adalah kesia-siaan.

3. Pemikiran konformis dan kolektivis. Yaitu cenderung melebur dalam masa dan melakukan aktivitas atas nama kelompok.

4. Fanatisme, yaitu mengingkari kelebihan yang dimiliki oleh kelompok atau orang lain.

3. Aliran Psikoanalisis

Aliran ini pertama kali muncul pada sekitar abad 19, yang dipelopori oleh Sigmund Freud (1856-1939) ketika dia sedang menangani seorang pasien Neorotik atau pasien yang mempunyai ciri mudah cemas, disebabkan oleh konplik yang terjadi pada saat seoarng masih amat kecil, kemudian direpresi/ditekan (didorong masuk dari kesadaran ke alam tak sadar) seorang tokoh yang mungkin lebih tepat dikatakan sebgai pencetus psikodinamik. Namun demikian konsep pemikirannya tentang ketidak sadaran telah banyak meng-ilhami para ahli psikologi Analisis yang hidup setelahnya. Freud adalah seoarang psikiatris yang menaruh perhatian besar pada pengertian dan pengobatan gangguan mental. ia sedikit sekali menaruh minat terhadap problem-problem tradisional Psikologi Akademis seperti; Sensasi, Persepsi, Berfikir dan Kecerdasan karena itu ia mengabaikan problem kecerdasan dan mengrahkan usahanya untuk memahami dan menerangkan apa yang diistilahkannya sebagai ketidak sadaran.

Teori yang dicetuskan oleh Freud tentang kepribadian, mencoba menjelaskan tentang Normaliats dan Abnormalitas psikolgis dan perawatan terhadap orang-orang yang tidak normal Menurrut teori ini sumber utama konflik dan gangguan mental terletak pada ketidak sadaran, karena itu untuk mempelajari gejala-gejala ini, Freud mengembangkan teori Psikoanalisis yang sebagian besar di dasarkan pada interpretasi “arus pikiran pasien yang diasosiasikan secara bebas” dan analisis mimpi
Menurut Freud “Dorongan-dorongan, komponen-komponen kepribadian, ingatan akan pengalaman masa kanak-kanak dan konflik psikologis yang mengerikan cenderung tidak disadari” Dalam formolasi-formolasi Freud “dorongan seksual” memainkan peranan penting secara khusus. Kenapa demikian? Karena, menurut Freud “Dorongan seksual melahirkan sejumlah energi psikis yang disebut libido untuk perilaku dan aktivitas jiwa” energi psikis tersebut sejajar dengan fisik walupun berbeda diantara keduanya. bila dorongan seksual dipuaskan, maka energi psikis membentuk kekuatan yang menekan, seperti air dalam selang yang tersumbat. Konflik-konflik yang terjadi pada seseorang akan meningkatkan ketegangan, bila seseorang ingin hidup normal, maka ketegangan tersebut harus dikurangi atau dihilangkan

Menurut Freud Kepribadian manusia berisi tiga komponen penting: id, ego, super-ego. Ketiga komponen ini salalu bersaing memperebutkan energi psikis, Id terletak pada inti kepribadian yang primitif, tempat tinggal dorongan-dorongan yang oleh Freud disebut “kekacauan, kancah kenikmatan yang meluap” Id tidak mempunyai organisasi yang logis sehingga dorongan yang saling bertentangan dapat hidup berdampingan secara terus menerus, pun demikian Id juga tidak memiliki nilai-nilai moral dan gantinya itu sangat dikuasai oleh prinsip-prinsip kenikmatan. sedangkan

Ego timbul pada diri anak- anak yang sedang berkembang, sebenarnya Ego ini adalah bagian dari Id namun sudah dimodifikasi sedemikian rupa, karena sudah sedemikian dekat dengan dunia luar individu. Salah satu tugas penting Ego adalah mencari dan menemukan objek yang dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan Id. Selain itu Ego juga berfungsi menurut prinsip-prinsip realitas, mendahulukan pemuasan keinginan Id sampai suatu situasi atau obyek yang tepat telah ditemukan. Perbedaannya Ego sangat terkendali, realistic, logis, dan berfikir proses skunder. misalnya saat kita lapar maka yang bertindak untuk berfikir bagaimana rasa lapar itu hilang adalah Ego sedang yang menimbulkan rasa lapar itu sendiri adalah Id

4. Aliran Gestalt

Gestal berasal dari bahasa Jerman yang berarti “bentuk” atau “Konfigurasi”, “hal”, “peristiwa”, “pola”, “totalitas” atau “bentuk keseluruahan”
Aliran ini pertama kali muncul pada tahun 1912 yang didirikan oleh Max Wertheimer (1880-1943) yang pernah menjadi murid Oswald Kulpe di Wurzburg dan mendapat gelar doktornya disana pada tahun 1904. dan pada waktu itulah ia mulai tertarik pada satu aliran filsafat yang terutama mempejari tentang fenomena (gejala) yang lebih dikenal dengan aliran fenomologi. kemudian aliran Gestalt ini dikembangkan oleh Kurt Koffka (1886-1941) dan Wolfgang Kohler (1887-1967) . Aliran ini muncul sebagai bentuk kritik terhadap teori-teori yang berlaku di Jerman sebelumnya terutama teori strukturalisme dari Wilhelm Wundt, yang khususnya mempelajari proses penginderaan dianggap terlalu elemenistik (terlalu mengutamakan elemen atau detail). Padahal persepsi manusia terjadi secara menyeluruh dan terorganissikan, tidak secara parsial atau sepotong-sepotong. Menurut Wertheimer ketika sebuah melodi terdengar (dipersepsi), sebuah kesatuan dinamis atau keutuhan muncul dalam persepsi, akan tetapi nada tersebut dalam dirinya sendiri menyebar dan saling bergantian dalam urutan waktu tertentu jadi menurut aliran ini yang utama bukanlah elemen akan tetapi keseluruhan. Kesadaran dan jiwa manusia tidak mungkin dianalisi kedalam elemen-elemen. Gejala kejiwaan harus dipelajari sebagai suatu keseluruhan atau totalitas. Keseluruhan adalah lebih dari sekadar penjumlahan unsur-unsurnya, lebih dahulu diatanggapi dari bagian-bagiannya, dan bagian-bagian itu harus memperoleh makna dari keseluruhan. arti dari gestalt tergantung pada unsur-unsurnya, sebaliknya arti unsur-unsur tergantung pada gestalt
Eksperimen gestalt peratama, menurut Atkinson dan kawan-kawan adalah mempelajari gerakan, terutam Fenomena Phi. Jika dua cahaya dinyalakan secara berurutan, subjek melihat cahaya tunggal bergerak dari posisi cahaya pertama kecahaya kedua. Fenomena gerakan ini telah banyak diketahui tetapi ahli psikologi gestalt menangkap kepentingan teoritis pola stimuli dalam menghasilkan efek. Pengalamn kita tergantung pada pola yang dibentuk oleh stimuli dan pada organisasi pengalaman, menurut mereka, apa yang kita lihat adalah relatif terhadap latar belakang, dengan aspek lain dari keseluruhan. Keseluruahn berbeda dengan penjumlahan bagian-bagiannya; keseluruahn terbagi atas bagian dari suatu hubungan. untuk lebih jelasnya lihatlah gambar berikut:

keseluruahan Unsur-unsur .Arti unsur-unsur _ _ bergantung pada keseluruhan. Unsur-unsur dari gambar muka sama dengan unsur-unsur gambar buah tetapi karena keseluruhannya berbeda maka makna unsur tersebut berbeda pula.
Tokoh-tokoh aliran ini terbagi dalam duia kelompok besar yaitu ahli-ahli psikologi Jerman dan Austria terbuka seperti; Rudolf Allers, Magda Arnold, Charlotte, Solomon Asch, Kurt Levin, serta Karl Buhler, Albin Gilbert, Hans Hahn, Fritz Heider, Martin Scheerer Wilhelm Stern, dan Heinz Werner.

5. Aliran Behaviorisme

Behaviorisme adalah sebuah aliran yang didirikan John B Watson (1878-1958) pada tahun 1913 yang berpendapat bahwa psikologi harus menjadi ilmu yang objektif dalam arti harus dipelajari sebagaimana ilmu pasti atau ilmu alam. oleh karena itu ia tidak mengakui adanya kesadaran yang hanya dapat diteliti melalui metode instrospeksi yang dianggap tidak objektif dan tidak ilmiyah. kemudian aliran ini digerakkan oleh Burrhus Frederic Skinner (1904-1968) yang terkenal dengan eksperimen operant conditioning dengan tikus .
Menururut pandangan Skinner, kepribadian pada dasarnya adalah sebuah fiksi. Orang melihat hanya apa yang orang lain lakukan dan mengerti menyimpulkan sifat-sifat yang mendasari (motif, emosi, dan kemampuan) yang ada sebenarnya dalam fikiran pengamat tersebut. Dia amat yakin bahwa psikologi hanya memusatkan perhatian pada apa yang dilakukan oleh orang lain. Sedangkan disposisi dalam diri seseorang tidak dapat dipakai sebagai penjelasan yang adekuat untuk menjelaskan perilaku orang lain
Namun demikian, sebenarnya sebelum J.B Watson mengemukakan aliran psikologi ini, sejumlah filusuf dan ilmuan sudah mengajukan gagasan-gagasan mengenai pendekatan objektif dalam mempelajari manusia, berdasarkan pendekatan yang mekanistik, suatu pendekatan yang menjadi ciri utama dalam Behaviorisme. Diantaranya adalah Ivan Pavlov (1849-1936) yang dikenal dengan eksperimen mengenai refleks bersyartat atau refleks terkondisi yang dilakukan terhadap anjing dengan mengeluarkan air liurnya, dan W. Mc. Dougall (1871-1939) yang terkenal dengan teori instink-nya
Aliran ini mengemukakan bahwa objek psikologi hanyalah perilaku yang kelihatan nyata dan menolak pendapat sarjana psikologi lain yang mempelajari tingkah laku yang tidak tampak dari luar atau tentang alam bawah sadar (Psikoanalisi) dan menentang aliran lain yang menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subjektif (Introspeksionisme).
Belakangan kaum behavioris lebih dikenal dengan teori belajar, karena menurut mereka, seluruh perilaku manusia -kecuali instink- adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan.
Tokoh lain dalam aliran ini adalah:

a. Clark Hull (1943) yang mengemukakan konsep teorinya yang sangat dipengaruhi oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, tingkah laku seseorang berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup. Oleh karena itu, dalam teori Hull, kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis menempati posisi sentral. menurut Hull kebutuhan dikonsepkan sebagai dorongan (drive), seperti lapar, haus, tidur, hilangnya rasa nyeri dan sebagainya,

b. Edwin Guthrie yang mengemukakn teori kontinguiti, memandang bahwa belajar merupakan kaitan asosiatif antara stimulus tertentu dan respons tertentu. Selanjutnya ia berpendapat bahwa hubungan antar stimulus dan respon merupakan factor kritis dalam belajar

6. Aliran Ilmu Jiwa

Sebelum 1879, psikologi dianggap sebagai bagian dari filsafat atau ilmu faal. Pada mulanya ahli-ahli filsafat dari zaman Yunani Kuno-lah yang mulai memikirkan gejala-gejala kejiwaan. Saat itu belum ada pembuktian-pembuktian secara empiris atau ilmiah. Mereka mencoba menerangkan gejala-gejala kejiwaan melalui mitologi. Cara pendekatan seperti itu disebut sebagai cara pendekatan yang naturalistik. Di antara sarjana Yunani yang menggunakan pendekatan naturalistik adalah Thales (624-548 SM) yang sering disebut sebagai Bapak Filsafat. Ia meyakini bahwa jiwa dan hal-hal supernatural lainnya tidak ada karena sesuatu yang ada harus dapat diterangkan dengan gejala alam (natural phenomenon). Ia pun percaya bahwa segala sesuatu berasal dari air dan karena jiwa tidak mungkin dari air maka jiwa dianggapnya tidak ada. Tokoh lainnya adalah Anaximander (611-546 SM) yang mengatakan bahwa segala sesuatu berasal dari sesuatu yang tidak tentu, sementara Anaximenes (abad 6 SM) mengatakan bahwa segala sesuatu berasal dari udara. Tokoh yang tak kalah pentingnya adalah Empedocles, Hippocrates, dan Democritos.

7. Aliran fenomenologis

Psikologi fenomenologi adalah suatu pendekatan atau orientasi dalam psikologi yang terdiri dari eksplorasi tak berbias atas kesadaran dan pengalaman. Fenomena diintuisikan, dianalisis dan dideskripsikan sebagaimana fenomena itu hadir dalam kesadaran tanpa praduga-praduga. Fungsi psikologi fenomenologi bukanlah menggantikan gerakan-gerakan atau orientasi-orientasi psikologi lain, melainkan melengkapi. Karl Jaspers mendefenisikan psikologi fenomenologi sebagai ”deskripsi yang paling lengkap dan cermat mengenai apa yang dialami oleh orang sehat ataupun orang yang sakit. Psikologi fenomenologi berbeda dengan introspeksi klasik dari Wundt dan Tichener dalam banyak hal. Dalam kenyataannya, para fenomenolog menyerang introspeksi sebagai suatu eksplorasi yang berbias dan memecah-mecah kesadaran .

Contoh- contoh pendekatan fenomenologis bisa dijumpai pada segenao periode sejarah psikologi. Contoh awal yang terkenal dari pendekatan fenomenologis ini adalah otobiografi abad ke-4, Confessions, dimana penulisnya Uskup Hippo, menyajikan penyelidikan yang mendalam dan murni tentang pengalaman-pengalaman, emosi, ingatan, hasrat, perasaan dan pemikiran yang dialami sendiri.

Pada abad ke-17, Descartes memulai pertanyaan filosofisnya dengan kesangsian, menetapkan cogito ergo sum-nya yang terkenal sebagai basis bagi filsafatnya. Dualismenya yang radikal, dan psikologinya yang dibangun diatas anggapan dikhotomi pemikiran dan badan mekanis,menjadikan metode fenomenologis sebagagai metode yang baik bagi studi tentang wujud spiritual, pemikiran. Dalam wujud psikologi pemikiran, psikologi Descartes memelihara dan memperkuat pendekatan fenomenologis. Descartes telah menjadi titik acuan dimana para fenomenolog mempertentangkan dan atau membandingkan pandangan-pandangan mereka. Penggunaan deskripsi fenomenologis yang sistematis dan efektif yang pertama adalah dalam studi tentang fenomena visual. Meskipun pada pertengahan abad ke-19 penekanan pada penelitian penginderaan dan persepsi beralih pada aspek-aspek fisiologis dan psikofisika, studi-studi fenomenologis masih berlanjut.

Pada abad ke-20, lingkup penelitian fenomenologis telah meluas ke masalah-masalah lain. Para peneliti di Prancis menggunakan metode fenomenologis dalam studi mereka tentang kondisi afektif dan kondisi psikopatologis. Akhirnya, Katz dan Wertheimer mempersembahkan era baru dalam psikologi fenomenologi ketika mereka menampilkan eksperimentassi sistematik, khususnya tentang persepsi warna dan gerakan semu.Penelitian-penelitian mereka menggabungkan metode fenomenologis dengan teknik-teknik laboratorium, suatu gabungan yang kemudian disebut fenomenologi eksperimental. Penemuan-penemuan yang diperoleh melalui metodologi baru ini menjadi basis bagi aliran Gestalt. Keberhasilan aliran Gestalt dalam psikologi tentang persepsi sebagian besar dimungkinkan oleh penggunaan fenomenologi eksperimental. Filsafat Husserl memberikan identitas, nama, pembenaran filosofis, dan kerangkan kerja pada pendekatan fenomenologis dalam psikologi yang reseptif ini. Filsafat Husserl juga memperkuat fenomenologi eksperimental dan mengilhami area-area penyelidikan baru.

Pada abad ke-20, fenomenologi eksperimental menemukan wakilnya yang terkemuka pada diri Davis Katz (1884-1953). Sumbangan-sumbangan yang diberikan oleh Katz kepada fenomenologi eksperimental selama lebih dari setengah abad karir ilmiahnya telah mendorong eksperimen- eksperimen fenomenologis ke tingkat yang paling baik. Terdapat tiga pengaruh yang berintraksi dalam membentuk Daviv Katz sebagai fenomenolog dan sebagai ahli psikologi : tradisi fenomenologi yang direpresentasikan oleh Hering, fenomenologi Husserl dan semangat eksperimen dari Laboratorium Gottingen. Tentang Husserl, Kazt mengungkapkan bahwa fenomenologi merupakan koneksi yang paling penting antara filsafat dan psikologi. Selama 14 tahun, Husserl dan Katz berada di universitas yang sama. Katz yang bergabung dengan Laboratorium Gottingen yang dikenal memiliki orientasi eksperimental yang kuat, belajar di Gottingen, meraih doktor pada tahun 1906 dan dari tahun 1907 hingga tahun 1919 menjadi asisten Muller.

Dengan latar belakang fenomenologi – yang lama (Hering) dan yang baru (Husserl)- serta dengan latihan yang baik dalam metode eksperimental, Katz menjadi tokoh dan promotor terbaik bagi psikologi fenomenologi. Faktor lain dalam keterlibatan Katz yang serius dalam psikologi fenomenologi itu adalah minatnya pada aliran Gestalt dan ”hubungannya yang ramah”. Buku Katz yang sangat berhasil yang berjudul Gestalt Psychology (1943) mengungkapkan pandangannya yang jelas tentang aliran Gestalt. Katz dianggap sebagai eksperimental pertama yang secara sistematis dan konsisten menerapkan metode fenomenologis pada jajaran masalah psikologi yang luas. Ia mampu mengumpulkan data-data eksperimental yang kaya yang menantang titik pandang-titik pandang yang atomistik dan asosianistik. Katz juga mampu menunjukkan nilai pendekatan holistik dalam penyelidikan psikologi dan ia menekankan perlunya memperhitungkan keadaan saling pengaruh yang dinamis antara lingkungan dan variabel-variabel subjektif dalam memahami persepsi dan respon-respon adaptif.

Psikologi fenomenologi menampakkan perbedaan-perbedaan yang besar dalam konseptualisasi-konseptualisasi, minat-minta dan komitmen filsafat. Namun disamping itu menurut Spiegelberg (1972) seorang filsuf fenomenolog profesional dan sejarawan gerakan fenomenologi mengingatkan bahwa psikologi fenomenologi memiliki keterbatasan-keterbatasan dan fungsinya bukan menggantikan ”psikologi ilmiah”, melainkan membantu memperkaya dan memperkuat ”psikologi ilmiah”, baik dalam landasan-landasanya maupun dalam kekuatan-kekuatan memahami dan membimbingnya.

Terdapat konsepsi-konsepsi yang berbeda dan konsepsi-konsepsi yang keliru tentang psikologi fenomenologi. Dalam arti yang paling luas, suatu psikologi yang membahas pengalaman personal dalam buah pemikirannya dan yang menerima dan menggunakan deskrispi fenomenologis, baik secar eksplisit maupun secara implisit, bisa disebut psikologi fenomenologi. Psikologi ini berlawanan dengan psikologi yang hanya mengakui observasi objektif atas tingkah laku, dan menyisihkan introspeksi dan deskripsi fenomenologis dalam metodologinya.

Dalam arti yang paling sempit, psikologi fenomenologi adalah psikologi Husserl yang berdiri terpisah dari psikologi empiris dan berfungsi sebagai batu loncatan kepada bentuk fenomenologi yang lebih radikal : fenomenologi transendental. Diantara psikologi Husserl dan fenomenologi transendental itu adalah konsep tentang psikologi yang :

  1. Mengikuti motto Husserl,”kembali kepada berbagai hal itu sendiri (Zu den Sachen selbst), yang artinya membiarkan berbagai hal (fenomena) memperlihatkan dirinya dalam kesadaran ;
  2. Melandaskan pembenaran filosofisnya pada filsafat fenomenologi, dan secara luas dikonsepsikan sebagai studi tentang data dari kesadaran yang hadir segera atau langsung, yang validitasnya dibangun diatas konsep, intensionalitas;
  3. Secara konsisten menerapkan metode fenomenologis, yakni mendeskrispikan fenomena secara tak berbias, dan
  4. Menempuh pengeksplorasian pengalaman manusia dalam segenap fasenya tanpa praduga-praduga filosofis.

Jadi menurut konsepsi semacam itu, psikologi fenomenologi bukanlah suatu aliran atau sistem teoretis seperti asosianisme, psikologi Gestalt atau psiko-analisis. Psikologi fenomenologi adalah suatu pendekatan, orientasi, dan metodologi dalam eksplorasi-eksplorasi psikologis.

Adapun yang vital bagi psikologi fenomenologi adalah asumsi bahwa ”segenap observasi dan teori ilmiah pada akhirnya berlandaskan pada pengalaman hidup sehari-hari yang langsung, segera, spontan, yang oleh fenomenologi disingkap”

8. Aliran sosiologis

merupakan perkembangan ilmu pengetahuan yang baru dan merupakan cabang dari ilmu pengetahuan psikologi pada umumnya. Ilmu tersebut menguraikan tentang kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi sosial. Dari berbagai pendapat tokoh-tokoh tentang pengertian psikologi sosial dapat disimpulkan bahwa psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku individu-individu dalam hubungannya dengan situasi sosial.

Pada tahun 1950 dan 1960 psikologi sosial tumbuh secara aktif dan program gelar dalam psikologi dimulai disebagaian besar universitas
Dasar mempelajari psikologi sosial berdasarkan potensi –potensi manusia, dimana potensi ini mengalami proses perkembangan setelah individu itu hidup dalam lingkungan masyarakat

9. Aliran Psikologi

landasan Filosofik (Filsafat Ilmu)

Lahirnya aliran psikologi Fenomeologi sangat dipengaruhi oleh filsafat Fenomenologi. Tokoh filsafat fenomenologi yang terkenal adalah Edmund Husserl (1859-1938). Fenomenologi dalam arti luas adalah filsafat yang berpegang pada motto Husserl, ”kembali kepada berbagai hal itu sendiri”, yang dapat diartikan sebagai deskripsi yang bisa dipercaya dan tak menyimpang tentang kesegeraan kesadaran. Jadi, fenomenologi pada prinsipnya adalah suatu metode :

1. Intuisi langsung sebagai sumber utama pengetahuan

2. Studi intuitif atas esensi-esensi.

Metode ini dipungut oleh berbagai orientasi filosofis yang secara bersama disebut gerakan fenomenologi.

Pendekatan fenomenologis memusatkan perhatian pada pengalaman subyektif. Pendekatan ini berhubungan dengan pandangan pribadi mengenai dunai dan penafsiran mengenai berbagai kejadian yang dihadapinya. Pendekatan tersebut mencoba memahami kejadian fenomenal yang dialami individu tanpa adanya beban prakonsepsi. Pendekatan fenomenologis meliputi yaitu :

1. Pengamatan , yaitu suatu replika dari benda di luar manusia yang intrapsikis, dibentuk berdasar rangsang-rangsang dari obyek.

2. Imajinasi , yaitu suatu perbuatan (act) yang melihat suatu obyek yang absen atau sama sekali tidak ada melalui suatu isi psikis atau fisik yang tidak memberikan dirinya sebagai diri melainkan sebagai representasi dari hal yang lain. Dunia imajinasi berdasa aktivitas suatu kesadaran.

3. Berpikir secara abstrak. Bidang yang sangat penting dalam hidup psikis manusia ialah pikiran abstrak. Aristoteles berpendapat bahwa pikiran abstrak berdasarkan pengamataan ; tak ada hal yang dapat dipikirkan yang tidak dulu menjadi bahan pengamatan). Dengan menghilangkan ciri-ciri khas (abstraksi) terjadi kumpulan ciri-ciri umum, yaitu suatu ide yang dapat dirumuskan dalam suatu defenisi.

4. Merasa/menghayati. Merasa ialah gejala lain dari kesadaran mengalami. Pengalaman tidak disadari dengan langsung, sedangkan perasaan biasanya disadari. Merasa ialah gejala yang lebih dekat pada diri manusia daripada pengamatan atau imajinasi.


DAFTAR PUSTAKA

1. Linda L. Dafidoff, Mari Juniati Psikologi suatu Pengantar PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta. 1997

2. Ahmad Fauzi, Drs., H. Psikologi Umum. Pustaka Setia. Bandung. Cetakan ke III 2004

3. Hamzah B. Uno, M.pd., Dr. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. PT. Bumi Aksara. Jakarata. Cetakan I 2006