Kamis, 14 Juni 2012

Inna Lillahi Wainna Ilaihi Roji’un (Resiko Perantau Jauh)

Masih segar dalam ingatanku peristiwa meninggalnya kakak ku dan adikku beberapa tahun lalu, dan kini Allah memanggil kembali abangku yang sangat kucintai.
Tahun 2009 lalu, di tengah keheningan malam, dalam suasana ronda malam di komplek perumahan Bunda Permai, Kota Padang. Sekitar pukul 01:30. Terdengar suara deringan Hanphon di saku celanaku. Ketika kulihat, ternyata panggilan dari kampung yang menyampaikan bahwa kakakku meninggal dirumah karena melahirkan anak peratamanya. Alangkah terkejutnya rasanya hatiku. akupun mulai bergegas pulang kerumah orangtua angkatku, dan menyampaikan kabar itu kapadanya. Larut malampun membuat langkahku menjadi pendek, dan tak tau ingin berbuat apa. akhirnya kuputuskan untuk pulang selepas shalat subuh. disamping itu akupun sering menelpon ke kampung untuk mengetahui keadaan dirumah.

Jam menunjukkan pukul 06;00 aku baru dapat mobil ke bukit tinggi, dan disana aku mencari mobil tujuan medan, hingga aku ditawarkan travel tujuan medan dengan harga tiket 2 kali lipat harga biasanya, 270.000,-. aku tebus tiket itu dengan harapan tiba di kampung tepat waktu. Nnamun menit, berlalu dan berjam-jam ku tunggu keberangkatan mobil itu hingga pukul 11;00, tapi tidak berangkat juga. besar kali sesal hatiku oleh karena ulah penjual tiket travel itu. Karenmerasa kecewa, dan tak mungkin lagi dapat mengejar waktu untuk bertemu dengan Almarhum, akhirnya aku mengadu ke petugas SLJA untuk meminta uangku kembali. Puas kurasakan ulah-ulah penjual tiket travel itu. akhirnya aku memutuskan untuk mencari mobil lain, tetapi hingga pukul 13;00 aku tak menemukannya. hingga kuputuskan untuk istirahat dan baru berangkat esok harinya dari kota bukit tinggi. Jauh terasa perjalanku, hingga aku sampai di kampung halaman pada hari ke tiga setelah meninggalnya kakak ku. Hanya bekas bongkahan dan timbunan tanah yang dapat kulihat di balakang rumahku, dan berserah diri kepada Allah.

Kabar Baru dan Tak Ingin Terulang,-

Berselang lebih kurang 9 bulan kemudian, tahun 2010. Tak terpikir apapun dan terkenang sedikitpun soal adik ku, GUNAWAN (21), yang sedang bekerja di sebuah PT.Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Palalawan, Riau. Usai shalat Isya, lagi aku menerima telpon dari kampung dan mengabarkan Adikku meninggal karena kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Palalawan, Riau..Masya Allah, Innalillahi. terkejut lagi hatiku tidak karuan. Mengingat masa 9 bulan lalu, jika aku pulang dengan mobil, pasti aku tidak akan bisa bertemu dengan adik ku. akhirnya aku putuskan untuk pulang dengan sepeda motor dan segera mencari rental. tapi ternyata adikku (adik angkat di padang) meminjamkan sepeda motornya. Hujan yang mengguyur membuat keberangkatanku ke kampung tertunda hingga 2 jam. Setelah hujan reda, pukul 22;00 akupun meluncur dengan ditemani sahabatku Aliamsah Ritonga, dengan cuaca yang dingin dan tubuh yang berbalut jaket tebal, kami meluncur munuju Kampung Halaman. Puas perjalanan yang ku lalui, hingga aku  sering tertidur dalam keadaan mengendarai sepeda motor. Hingga kuputuskan untuk istirahat dan tidur kurang lebih 40 menit untuk menghilangkan rasa kantuk.

Pukul 03;30 dini hari kami kembali melanjutkan perjalanan dari Sontang, Kabupaten Pasaman Barat. Harap-harap cepat sampai dengan kecepatan sepeda motor sesanggupnya. hingga sekitar pukul 12; 30 siang aku sampai di rumah, tangisku tak tertahan lagi ketika melihat ada keramaian di rumahku yang terpasang di depannya tenda biru. Cepat aku menuju kedalam rumah, dan yang kulihat adikku yang sudah terbaring dengan kain kafan yang membalut tubuhnya. Ya Allah….Ampunkan segala dosanya, kataku dalam hati sambil menangis. Sedih kurasakan tak terhingga. Hanya beberapa menit kemudian setelah keadiranku, akhirnya ayahku dan para pelayat meminta izin kepadaku untuk membawa Almarhum adikku ke pemakaman. Ku angkat tubuhnya dan kuletakkan di atas kerenda yang sudah disiapkan. Ku papah kerenda itu hinggga kepemakaman yang hanya beberapa meter di belakang rumahku. Tepat di samping Kuburan kakak ku sudah tergali Liang lahat, dan aku turun untuk menyambut dan meletakkan nya di liang lahat. Ku bacakan do’a untuknya agar dia ditempatkan di sisi Allah deng sebaik-baiknya.

dan Kini….!

dan kini,,Telpon itu datang lagi. Sehabis shalat Isya aku baca-baca buku hingga Pukul 21;00. setelah itu aku tidur terbangun 15 menit sebelum shalat subuh. setelah shalat subuh, aku kembali baca-baca buku dan tidak melihat hanpdhonku yang terletak di atas meja. Sedang Asyik membaca buku, tiba-tiba datang temanku yang tinggal tidak berapa jauh dari tempat tinggalku di Kota Padang. Katanya dengan tergesa-gesa “Bang, Meninggal abangmu, ada menelpon tadi, tapi gak tau aku namanya, ini sms nya ada” Sentak aku terkejut melihat sms nya yang berbunyi “Bah, pulanglah, Bah Udin Sudah Meninggal“  Terkejut rasanya baca SMS itu dan melihatpengirim nomor baru. Rasa-rasa tak percaya, seperti SMS permainan. Ku coba untuk memastikan dengan menelpon nomor tersebut, dan ternyata itu adalah nomor adikku Fizer. Innalillahi Wainnailahi roji’uun……..

Remuk asanya hatiku. Kembali Abangku meninggal karena kecelakaan di Jl.Lintas Sumatera, Marbau-rantau Prapat pukul 21:00 WIB. Tak lama berselang datang dua orang teman ku yang juga memberikan kabar yang sama. Akupun bertanya, mengapa kabar itu sampai ke teman-temanku. Setelah ku cek Hanphonku, ternyata ada puluhan panggilan yang tak terjawab mulai pukul 01:00 hingga subuh tiba. Baru kusadarai, bahwa Hanphonku dalam keadaan Silent, sesal kurasakan oleeh karenanya. Dengan pikir-pikir panjang, tak mungkin rasanya   bisa mengejar untuk pulang dengan mengendarai motor, yang waktu tersisa hanya kurang lebih 6 jam. Mengingat aku juga dalam keadaan agenda Ujian Konfri, persiapan wisuda. Akhirnya hingga pukul 9 telah kuputuskan tidak pulang dan mengikhlaskannya. Akan tetapi perasaan tidak tenang, dan terus terbayang-bayang wajahnya. Hingga pukul 10;00 akhirya hatiku kembali kuat untuk pulang. lantas meminta izin kepada pihak Kampus untuk ditunda jadwal ujian confre ku. Pukul 12;30 aku cek in di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) untuk keberangkatan pukul 14;10. Jam per jam terus berlalu hingga pukul 13;30. tiba-tiba terdengar pengumuman bahwa keberangkatan Pesawat tujuan medan di tunda hingga 2 jam. Kesal lagi hatiku. aku Konplain hingga petugas-petugas itu tampak ketakutan dan mengadukan aku ke atasannya. akhirnya aku tetap sabar menunggu kedatangan pesawat itu. Tepat Pukul 16;30 akhirnya aku berangkat juga dan tiba di medan pukul 17;15.

Di tunggu oleh temanku yang berada di Medan, dan beberapa menit kemudian akupun langsung menuju loket Bus dengan menaiki becak motor. Pukul 20;00 akhirnya Bus itu meluncur menuju Rantau Prapat. hingga aku tiba di simpang Marbau Pukul 02:00 dini hari. Kemudian aku tetap disitu menunggu Abangku yang Nomor satu, ( Juhari ) datang dari arah Jambi. Setibanya abangku di Simpang Marbau, kamipun bersama-sama pulang kerumah dengan keadaan suasana dingin karena terpaan hujan, di tambah kegundahan hati karena kembalinya ke rahmatullah saudara kandung tercinta.

Hingga di depoan rumah, kulihat teratak terpasang, dan melihat dari sisi jendela ramai orang yang tidur di ruangan tamu. Aku masuk dari pintu samping dan langsung menemui Ibu dan memeluknya. Isak tangis ibu tak tahan kurasa, begitu juga Ayahku. ..

Begitu senyap, sepi suasana malam itu, satu per satu saudara-saudara yang tadinya tertidur semuanya terbangun dan bercerita tentang perjalanku, dan abangku dari Jambi, begitu juga Abangku dari Malaisya yang tiba pukul 21;00/bebepara jam lalu.

Hanya tinggal nama, dan bayang-bayang wajahnya yang ada di rumah itu, dahulu masih sering berkumpul, tapi kini sudah tiada lagi. Begitulah perjalanan hidup ini, tanpa terasa, yang ada menjadi tidak ada.  dan kitapun semua akan kembali kepada Allah SWT.

Alangkah sedih rasanya kehilangan orang-orang yang paling kita cintai. sedihnya rasa hati ku ini, Tapi aku yakin, bahwa semua  ini adalah ujian dari Allah SWT. ketika aku tidak bisa bertemu untuk terakhir kalinya dengan kakak ku dan abangku, begitu juga adikku yang hanya aku tatap wajahnya beberapa menit saja. Memang inilah resiko orang yang merantau, apapun yang terjadi dirumah, sangat sulit untuk bisa cepat pulang karena jarak ku yang cukup jauh dari kampung.

Di Kota Padang inilah ku rasakan pahitnya menjadi seorang perantau, hingga aku tak bisa melihat wajahnya untuk terakhir kalinya, dan menggantar Jenazah Abang dan Kakak ku ke tempat peristirahatan terakhirnya di bumi ini.

Kepadamu, Abangku Saripuddin bin Asnawi, Kakakku Yusnani Binti Asnawi, Adikku Gunawan Bin Asnawi.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ، وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ اْلأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ، وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ، وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَعَذَابِ النَّارِ

Ya Allah, Ampunilah dia (dari beberapa hal yang tidak disukai), maafkanlah dia dan tempat-kanlah di tempat yang mulia (Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (atau istri di Surga) yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), istri (atau suami) yang lebih baik daripada istrinya (atau suaminya), dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka.” (HR. Muslim 2/663)

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنَا وَمَيِّتِنَا وَشَاهِدِنَا وَغَائِبِنَا وَصَغِيْرِنَا وَكَبِيْرِنَا وَذَكَرِنَا وَأُنْثَانَا. اَللَّهُمَّ مَنْ أَحْيَيْتَهُ مِنَّا فَأَحْيِهِ عَلَى اْلإِسْلاَمِ، وَمَنْ تَوَفَّيْتَهُ مِنَّا فَتَوَفَّهُ عَلَى اْلإِيْمَانِ، اَللَّهُمَّ لاَ تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلاَ تُضِلَّنَا بَعْدَهُ.

“Ya Allah! Ampunilah kepada orang yang hidup di antara kami dan yang mati, orang yang hadir di antara kami dan yang tidak hadir ,laki-laki maupun perempuan. Ya Allah! Orang yang Engkau hidupkan di antara kami, hidupkan dengan memegang ajaran Islam, dan orang yang Engkau matikan di antara kami, maka matikan dengan memegang keimanan. Ya Allah! Jangan menghalangi kami untuk tidak memper-oleh pahalanya dan jangan sesatkan kami sepeninggalnya.” ( HR. Ibnu Majah 1/480, Ahmad 2/368, dan lihat Shahih Ibnu Majah 1/251)

اَللَّهُمَّ “Gunawan, Saripuddin, Yusnani Bin Asnawi”   فِيْ ذِمَّتِكَ، وَحَبْلِ جِوَارِكَ، فَقِهِ مِنْ فِتْنَةِ الْقَبْرِ وَعَذَابِ النَّارِ، وَأَنْتَ أَهْلُ الْوَفَاءِ وَالْحَقِّ. فَاغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

“Ya, Allah! Sesungguhnya Gunawan, Saripuddin, Yusnani Bin Asnawi dalam tanggunganMu dan tali perlindunganMu. Peliharalah dia dari fitnah kubur dan siksa Neraka. Engkau adalah Maha Setia dan Maha Benar. Ampunilah dan belas kasihanilah dia. Sesungguhnya Engkau, Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Penyayang.” (HR. Ibnu Majah. Lihat Shahih Ibnu Majah 1/251 dan Abu Dawud 3/21)

اَللَّهُمَّ عَبْدُكَ وَابْنُ أَمْتِكَ احْتَاجَ إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَنْتَ غَنِيٌّ عَنْ عَذَابِهِ، إِنْ كَانَ مُحْسِنًا فَزِدْ فِيْ حَسَنَاتِهِ، وَإِنْ كَانَ مُسِيْئًا فَتَجَاوَزْ عَنْهُ.

Ya, Allah, ini hambaMu, anak ham-baMu perempuan (Hawa), membutuh-kan rahmatMu, sedang Engkau tidak membutuhkan untuk menyiksanya, jika ia berbuat baik tambahkanlah dalam amalan baiknya, dan jika dia orang yang salah, lewatkanlah dari kesalahan-nya. (HR. Al-Hakim. Menurut pendapatnya: Hadits ter-sebut adalah shahih. Adz-Dzahabi menyetujuinya 1/359, dan lihat Ahkamul Jana’iz oleh Al-Albani, halaman 125)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar