Masih
segar dalam ingatanku peristiwa meninggalnya kakak ku dan adikku
beberapa tahun lalu, dan kini Allah memanggil kembali abangku yang
sangat kucintai.
Tahun 2009 lalu,
di tengah keheningan malam, dalam suasana ronda malam di komplek
perumahan Bunda Permai, Kota Padang. Sekitar pukul 01:30. Terdengar
suara deringan Hanphon di saku celanaku. Ketika kulihat, ternyata
panggilan dari kampung yang menyampaikan bahwa kakakku meninggal dirumah
karena melahirkan anak peratamanya. Alangkah terkejutnya rasanya
hatiku. akupun mulai bergegas pulang kerumah orangtua angkatku, dan
menyampaikan kabar itu kapadanya. Larut malampun membuat langkahku
menjadi pendek, dan tak tau ingin berbuat apa. akhirnya kuputuskan untuk
pulang selepas shalat subuh. disamping itu akupun sering menelpon ke
kampung untuk mengetahui keadaan dirumah.
Jam menunjukkan pukul 06;00 aku baru
dapat mobil ke bukit tinggi, dan disana aku mencari mobil tujuan medan,
hingga aku ditawarkan travel tujuan medan dengan harga tiket 2 kali
lipat harga biasanya, 270.000,-. aku tebus tiket itu dengan harapan tiba
di kampung tepat waktu. Nnamun menit, berlalu dan berjam-jam ku tunggu
keberangkatan mobil itu hingga pukul 11;00, tapi tidak berangkat juga.
besar kali sesal hatiku oleh karena ulah penjual tiket travel itu.
Karenmerasa kecewa, dan tak mungkin lagi dapat mengejar waktu untuk
bertemu dengan Almarhum, akhirnya aku mengadu ke petugas SLJA untuk
meminta uangku kembali. Puas kurasakan ulah-ulah penjual tiket travel
itu. akhirnya aku memutuskan untuk mencari mobil lain, tetapi hingga
pukul 13;00 aku tak menemukannya. hingga kuputuskan untuk istirahat dan
baru berangkat esok harinya dari kota bukit tinggi. Jauh terasa
perjalanku, hingga aku sampai di kampung halaman pada hari ke tiga
setelah meninggalnya kakak ku. Hanya bekas bongkahan dan timbunan tanah
yang dapat kulihat di balakang rumahku, dan berserah diri kepada Allah.
Kabar Baru dan Tak Ingin Terulang,-
Berselang lebih kurang 9 bulan kemudian,
tahun 2010. Tak terpikir apapun dan terkenang sedikitpun soal adik ku,
GUNAWAN (21), yang sedang bekerja di sebuah PT.Perkebunan Kelapa Sawit
di Kabupaten Palalawan, Riau. Usai shalat Isya, lagi aku menerima telpon
dari kampung dan mengabarkan Adikku meninggal karena kecelakaan lalu
lintas di Kabupaten Palalawan, Riau..Masya Allah, Innalillahi. terkejut
lagi hatiku tidak karuan. Mengingat masa 9 bulan lalu, jika aku pulang
dengan mobil, pasti aku tidak akan bisa bertemu dengan adik ku. akhirnya
aku putuskan untuk pulang dengan sepeda motor dan segera mencari
rental. tapi ternyata adikku (adik angkat di padang) meminjamkan sepeda
motornya. Hujan yang mengguyur membuat keberangkatanku ke kampung
tertunda hingga 2 jam. Setelah hujan reda, pukul 22;00 akupun meluncur
dengan ditemani sahabatku Aliamsah Ritonga, dengan cuaca yang dingin dan
tubuh yang berbalut jaket tebal, kami meluncur munuju Kampung Halaman.
Puas perjalanan yang ku lalui, hingga aku sering tertidur dalam keadaan
mengendarai sepeda motor. Hingga kuputuskan untuk istirahat dan tidur
kurang lebih 40 menit untuk menghilangkan rasa kantuk.
Pukul 03;30 dini hari kami kembali
melanjutkan perjalanan dari Sontang, Kabupaten Pasaman Barat.
Harap-harap cepat sampai dengan kecepatan sepeda motor sesanggupnya.
hingga sekitar pukul 12; 30 siang aku sampai di rumah, tangisku tak
tertahan lagi ketika melihat ada keramaian di rumahku yang terpasang di
depannya tenda biru. Cepat aku menuju kedalam rumah, dan yang kulihat
adikku yang sudah terbaring dengan kain kafan yang membalut tubuhnya. Ya
Allah….Ampunkan segala dosanya, kataku dalam hati sambil menangis.
Sedih kurasakan tak terhingga. Hanya beberapa menit kemudian setelah
keadiranku, akhirnya ayahku dan para pelayat meminta izin kepadaku untuk
membawa Almarhum adikku ke pemakaman. Ku angkat tubuhnya dan kuletakkan
di atas kerenda yang sudah disiapkan. Ku papah kerenda itu hinggga
kepemakaman yang hanya beberapa meter di belakang rumahku. Tepat di
samping Kuburan kakak ku sudah tergali Liang lahat, dan aku turun untuk
menyambut dan meletakkan nya di liang lahat. Ku bacakan do’a untuknya
agar dia ditempatkan di sisi Allah deng sebaik-baiknya.
dan Kini….!
dan kini,,Telpon itu datang lagi. Sehabis
shalat Isya aku baca-baca buku hingga Pukul 21;00. setelah itu aku
tidur terbangun 15 menit sebelum shalat subuh. setelah shalat subuh, aku
kembali baca-baca buku dan tidak melihat hanpdhonku yang terletak di
atas meja. Sedang Asyik membaca buku, tiba-tiba datang temanku yang
tinggal tidak berapa jauh dari tempat tinggalku di Kota Padang. Katanya
dengan tergesa-gesa “Bang, Meninggal abangmu, ada menelpon tadi, tapi gak tau aku namanya, ini sms nya ada” Sentak aku terkejut melihat sms nya yang berbunyi “Bah, pulanglah, Bah Udin Sudah Meninggal“
Terkejut rasanya baca SMS itu dan melihatpengirim nomor baru. Rasa-rasa
tak percaya, seperti SMS permainan. Ku coba untuk memastikan dengan
menelpon nomor tersebut, dan ternyata itu adalah nomor adikku Fizer.
Innalillahi Wainnailahi roji’uun……..
Remuk asanya hatiku. Kembali Abangku
meninggal karena kecelakaan di Jl.Lintas Sumatera, Marbau-rantau Prapat
pukul 21:00 WIB. Tak lama berselang datang dua orang teman ku yang juga
memberikan kabar yang sama. Akupun bertanya, mengapa kabar itu sampai ke
teman-temanku. Setelah ku cek Hanphonku, ternyata ada puluhan panggilan
yang tak terjawab mulai pukul 01:00 hingga subuh tiba. Baru kusadarai,
bahwa Hanphonku dalam keadaan Silent, sesal kurasakan oleeh
karenanya. Dengan pikir-pikir panjang, tak mungkin rasanya bisa
mengejar untuk pulang dengan mengendarai motor, yang waktu tersisa hanya
kurang lebih 6 jam. Mengingat aku juga dalam keadaan agenda Ujian
Konfri, persiapan wisuda. Akhirnya hingga pukul 9 telah kuputuskan tidak
pulang dan mengikhlaskannya. Akan tetapi perasaan tidak tenang, dan
terus terbayang-bayang wajahnya. Hingga pukul 10;00 akhirya hatiku
kembali kuat untuk pulang. lantas meminta izin kepada pihak Kampus untuk
ditunda jadwal ujian confre ku. Pukul 12;30 aku cek in di Bandara
Internasional Minangkabau (BIM) untuk keberangkatan pukul 14;10. Jam per
jam terus berlalu hingga pukul 13;30. tiba-tiba terdengar pengumuman
bahwa keberangkatan Pesawat tujuan medan di tunda hingga 2 jam. Kesal
lagi hatiku. aku Konplain hingga petugas-petugas itu tampak ketakutan
dan mengadukan aku ke atasannya. akhirnya aku tetap sabar menunggu
kedatangan pesawat itu. Tepat Pukul 16;30 akhirnya aku berangkat juga
dan tiba di medan pukul 17;15.
Di tunggu oleh temanku yang berada di
Medan, dan beberapa menit kemudian akupun langsung menuju loket Bus
dengan menaiki becak motor. Pukul 20;00 akhirnya Bus itu meluncur menuju
Rantau Prapat. hingga aku tiba di simpang Marbau Pukul 02:00 dini hari.
Kemudian aku tetap disitu menunggu Abangku yang Nomor satu, ( Juhari )
datang dari arah Jambi. Setibanya abangku di Simpang Marbau, kamipun
bersama-sama pulang kerumah dengan keadaan suasana dingin karena terpaan
hujan, di tambah kegundahan hati karena kembalinya ke rahmatullah
saudara kandung tercinta.
Hingga di depoan rumah, kulihat teratak
terpasang, dan melihat dari sisi jendela ramai orang yang tidur di
ruangan tamu. Aku masuk dari pintu samping dan langsung menemui Ibu dan
memeluknya. Isak tangis ibu tak tahan kurasa, begitu juga Ayahku. ..
Begitu senyap, sepi suasana malam itu,
satu per satu saudara-saudara yang tadinya tertidur semuanya terbangun
dan bercerita tentang perjalanku, dan abangku dari Jambi, begitu juga
Abangku dari Malaisya yang tiba pukul 21;00/bebepara jam lalu.
Hanya tinggal nama, dan bayang-bayang
wajahnya yang ada di rumah itu, dahulu masih sering berkumpul, tapi kini
sudah tiada lagi. Begitulah perjalanan hidup ini, tanpa terasa, yang
ada menjadi tidak ada. dan kitapun semua akan kembali kepada Allah SWT.
Alangkah sedih rasanya kehilangan
orang-orang yang paling kita cintai. sedihnya rasa hati ku ini, Tapi aku
yakin, bahwa semua ini adalah ujian dari Allah SWT. ketika aku tidak
bisa bertemu untuk terakhir kalinya dengan kakak ku dan abangku, begitu
juga adikku yang hanya aku tatap wajahnya beberapa menit saja. Memang
inilah resiko orang yang merantau, apapun yang terjadi dirumah, sangat
sulit untuk bisa cepat pulang karena jarak ku yang cukup jauh dari
kampung.
Di Kota Padang inilah ku rasakan pahitnya
menjadi seorang perantau, hingga aku tak bisa melihat wajahnya untuk
terakhir kalinya, dan menggantar Jenazah Abang dan Kakak ku ke tempat
peristirahatan terakhirnya di bumi ini.
Kepadamu, Abangku Saripuddin bin Asnawi, Kakakku Yusnani Binti Asnawi, Adikku Gunawan Bin Asnawi.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ، وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ اْلأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ، وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ، وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَعَذَابِ النَّارِ
Ya Allah, Ampunilah dia (dari beberapa hal yang tidak disukai), maafkanlah dia dan tempat-kanlah
di tempat yang mulia (Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan
air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana
Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah yang
lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (atau istri di
Surga) yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), istri (atau
suami) yang lebih baik daripada istrinya (atau suaminya), dan masukkan
dia ke Surga, jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka.” (HR. Muslim 2/663)
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنَا وَمَيِّتِنَا وَشَاهِدِنَا وَغَائِبِنَا وَصَغِيْرِنَا وَكَبِيْرِنَا وَذَكَرِنَا وَأُنْثَانَا. اَللَّهُمَّ مَنْ أَحْيَيْتَهُ مِنَّا فَأَحْيِهِ عَلَى اْلإِسْلاَمِ، وَمَنْ تَوَفَّيْتَهُ مِنَّا فَتَوَفَّهُ عَلَى اْلإِيْمَانِ، اَللَّهُمَّ لاَ تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلاَ تُضِلَّنَا بَعْدَهُ.
“Ya Allah! Ampunilah kepada orang
yang hidup di antara kami dan yang mati, orang yang hadir di antara kami
dan yang tidak hadir ,laki-laki maupun perempuan. Ya Allah! Orang yang
Engkau hidupkan di antara kami, hidupkan dengan memegang ajaran Islam,
dan orang yang Engkau matikan di antara kami, maka matikan dengan
memegang keimanan. Ya Allah! Jangan menghalangi kami untuk tidak
memper-oleh pahalanya dan jangan sesatkan kami sepeninggalnya.” ( HR. Ibnu Majah 1/480, Ahmad 2/368, dan lihat Shahih Ibnu Majah 1/251)
اَللَّهُمَّ “Gunawan, Saripuddin, Yusnani Bin Asnawi” فِيْ ذِمَّتِكَ،
وَحَبْلِ جِوَارِكَ، فَقِهِ مِنْ فِتْنَةِ الْقَبْرِ وَعَذَابِ النَّارِ،
وَأَنْتَ أَهْلُ الْوَفَاءِ وَالْحَقِّ. فَاغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ
إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
“Ya, Allah! Sesungguhnya Gunawan, Saripuddin, Yusnani Bin Asnawi
dalam tanggunganMu dan tali perlindunganMu. Peliharalah dia dari fitnah
kubur dan siksa Neraka. Engkau adalah Maha Setia dan Maha Benar.
Ampunilah dan belas kasihanilah dia. Sesungguhnya Engkau, Tuhan Yang
Maha Pengampun lagi Penyayang.” (HR. Ibnu Majah. Lihat Shahih Ibnu Majah 1/251 dan Abu Dawud 3/21)
اَللَّهُمَّ عَبْدُكَ وَابْنُ أَمْتِكَ احْتَاجَ إِلَى رَحْمَتِكَ، وَأَنْتَ غَنِيٌّ عَنْ عَذَابِهِ، إِنْ كَانَ مُحْسِنًا فَزِدْ فِيْ حَسَنَاتِهِ، وَإِنْ كَانَ مُسِيْئًا فَتَجَاوَزْ عَنْهُ.
Ya, Allah, ini hambaMu, anak ham-baMu
perempuan (Hawa), membutuh-kan rahmatMu, sedang Engkau tidak
membutuhkan untuk menyiksanya, jika ia berbuat baik tambahkanlah dalam
amalan baiknya, dan jika dia orang yang salah, lewatkanlah dari
kesalahan-nya. (HR. Al-Hakim. Menurut pendapatnya: Hadits ter-sebut
adalah shahih. Adz-Dzahabi menyetujuinya 1/359, dan lihat Ahkamul
Jana’iz oleh Al-Albani, halaman 125)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar