Kamis, 09 Juni 2011

PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA MASA SEKARANG DAN PENDIDIKAN SEKS MENURUT ISLAM


PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA MASA SEKARANG DAN

PENDIDIKAN SEKS MENURUT ISLAM


A. PENDAHULUAN

Sebelum masuk pada bagaimana pendidikan seks pada remaja masa sekarang dan pendidikan dalam islam, alangkah baiknya penulis terlebih dahulu menjelaskan apa pengertian pendidikan seks tersebut.

Seks adalah sebuah kata yang sering dianggap tabu untuk diucapkan, tetapi selalu hadir dan setiap orang bisa melakukannya.[1] Konsekuensinya, ia melahirkan rasa penasaran bagi sebagian kalangan, khususnya anak dan remaja.

Lebih lanjut pendidikan adalah usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan. Sedangkan sek dapat berarti rasa nikmat/lezat atau rasa syur, sehingga membawa kebahagian bagi diri sendiri dan lingkungannya.

Dari uraian diatas dapat kita lihat bahwa seks dapat menimbulkan rasa penasaran atau rasa ingin tahu yang besar bagi anak dan remaja sehingga tidak jarang mereka mengobati rasa penasaran tersebut dengan atau lewat sumber-sumber yang tak bertanggung jawab, seperti menonton film forno, mitos-mitos ngawur tentang seks yang disajikan dalam novel-novel forno. Bahkan dalam perkembangan ilmu dan teghnologi (IT) di era 2000 yang disebut juga dengan era millennium yang menciptakan media-media canggih seperti internete, hendfone dan lain-lain. Dan ini merupakan tantangan bagi orang-orang tua sebagai pendidik utama bagi anak untuk memperhatikan perkembangan jiwa anak terutama dalam masalah seksualitas anak.

Oleh karena itu, jadi pendidikan seks adalah usaha sadar untuk menghasilkan manusia-manusia dewasa yang betul-betul matang dapat menggunakan seksualitasnya dengan bertanggung jawab sehingga dapat membawa kebahagiaan bagi dirinya sendiri lingkungan dan masyarakat.[2]

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi masalah seksual antara lain:

Faktor bawaan (wiratsiyah) dan lingkungan.[3] Lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi masalah bagi perkembangan seksualitas anak, sebab lingkungan yang rusak akan berpengaruh terhadap pendidikan seks seseorang, karena terkadang seseorang menghadapi gangguan dalam pertumbuhan hormon dan sifat-sifat bawaan yang diwariskan oleh orang tua dan lingkungannya.

Melihat uraian dari salah satu faktor masalah seksual penulis menilai pada masa sekarang ini, pendidikan seks bagi anak dan remaja sangat minim sekali, terutama pada masyarakat kota yang mayoritas orang tua lebih sibuk dengan pekerjaan kantornya dibanding memperhatikan anak-anaknya. Dari perkembangan fisik anak, bisa saja terpenuhi oleh orang tua yang sibuk dengan urusan kantornya akan tetapi bagaimana dengan perkembangan jiwa sianak? Sebab, pendidikan seks itu dimulai sejak bayi dilahirkan, berawal dari sifat-sifat ingin tahu yang menuntun perkembangan pemikirannya, kecerdasan otak sekitar umur 3-7 tahun mengalami perkembangan sampai taraf dimana ia mulai mengadakan pertanyaan, misalnya bagaimana ia dilahirkan ke dunia ini sebagai pertanyaan kekanak-kanakan.[4] Hal ini sesuai dengan yang penulis terima dari pengakuan salah seorang ibu yang tinggal di kompleks dekat kampus UMSB anaknya menanyakan pertanyaan sebagaimana pertanyaan yang penulis uraikan di atas. Dan disinilah diperlukan kebijaksanaan orang tua dalam menjawab pertanyaan anak dengan penuh kasih sayang, begitu pula lingkungan dan masyarakat. Sebab pendidikan seks merupakan tanggung jawab setiap orang. Maka benar sekali bila lingkungan dan masyaratnya dan yang terpenting orang tua sianak baik dalam menyikapi perkembangan seksual anak maupun remaja, seorang anak atau remaja tersebut akan dapat menggunakan seksualitasnya dengan penuh tanggung jawab. Namun begitu pula sebaliknya, seorang anak atau remaja akan lebih cendrung menggunakan seksualitasnya dengan tidak bertanggung jawab karena mereka juga menerima pendidikan seks itu dari sesuatu hal yang tidak bertanggung jawab pula. Oleh karena itu sangat dituntut sekali bagi orang tua untuk memperhatikan perkembangan seksualitas anak-anaknya. Sebab, pendidikan seks yang paling efektif diperoleh oleh anak ialah dari orang tua atau pengganti orang tua dalam rumah tangga yang bahagia. Di sekolah-sekolah dapat ditentukan tentang ajaran kejujuran dan tanggung jawab.

  1. Pendidikan Seks Bagi Remaja Masa Sekarng

Pada masa sekarang akibat kurangnya anggota masyarakat mendapat pendidikan seks, mengakibatkan mereka melakukan seks bebas (free sex) yang akibatnya banyak penyakit yang tidak ada obatnya. Misalnya penyakit herpes yang dulu dikenal sebagai penyakit kotor pada orang miskin saja. Akan tetapi yang sekarang dikenal dengan pergaulan free sex. Herpes menyalar melalui ciuman, berpegangan dan permainan alat kelamin bersama dan persetubuhan. Terdapat gatal-gatal pada pinggang sampai saat ini belum ada obatnya.[5] Selanjutnya, dari hasil penelitian, tercatat bahwa sekitar 20 % pelaku aborsi di Indonesia berasal dari kelompok remaja.[6] Bahkan yang lebih tragis lagi, jumlah pelaku aborsi ini semakin meningkat dari tahun ketahun. Dan bahkan jumlah korban aborsi yang meninggal dunia pun juga kian memperlihatkan grafik menanjak setiap tahunnya. Hal ini menandakan bahwa, gaya berpacaran dan prilaku hidup seks bebas dikalangan remaja saat ini sudah masuk ketahap amat memprihatinkan. Maka timbul pertanyaan, kenapa remaja masa kini berani berprilaku demikian? Cukup banyak faktor yang mendorong para remaja melakukan hal itu yang jelas-jelas bertentangan dengan etika dan norma-norma terlebih agama. Maka salah satu faktornya ialah telah kian merasuknya budaya asing atau galaknya westternisasi mempengaruhi budaya timur yang selama ini sangat menjunjung tinggi nilai adab dan kesopanan serta menghormati nilai-nilai dan norma-norma adat dan agama. Yang sangat menyedihkan lagi menurut penulis ialah orang tua malah ikut-ikutan pula dengan cara mentolerir anak-anaknya untuk bergaul dengan teman lawan jenisnya dengan mengatakan “mau bagaimana lagi sudah perkembangan zaman”. Padahal perkembangan zaman tidak mesti harus 100 % untuk di ikuti, tetapi harus ada pemilahan-pemilahan atau penyaringan-penyaringan yang harus dilakukan oleh seorang anak serta orang tua. Maka dalam hal ini Islam juga mengaturnya. Timbul pertanyaan bagaimana pendidikan seks dalam islam? Penulis akan mencoba menguraikan bagaima pendidikan seks dalam Islam.

2. Pendidikan Seks Dalam Islam

Sesuai dengan apa yang penulis uraikan di atas, bagaimana kurangnya pendidikan seks bagi remaja, sehingga banyak menimbulkan pergaulan-pergaulan bebas (Free Sex) maka islam tidak tinggal diam. Sebagaimana halnya Allah menata gerakan dan kecendrungan-kecendrungan jiwa manusia dalam fase-fase pertumbuhan emosional, social, bahasa, moral, dan gerak. Begitu juga Allah menentukan langkah-langkah detail untuk mengendalikan kecendrungan seksual pada setiap individu.[7] Mengingat betapa penting kecendrungan naluriah yang satu ini dalam perilaku kemanusiaan yang terefleksikan darinya kami melihat pembuat syariat menetapkan aturan yang begitu ketat. Barangkali hal ini kembali kepada kaitan kegiatan seksual dengan kehormatan diri dan kehidupan suci dalam susunan tubuh manusia.[8]

Tidak disangsikan lagi bahwa islam tidak sekedar menganjurkan perbaikan prilaku seksual pada dunia anak-anak, melainkan juga dalam kehidupan orang dewasa. Sebab jika seorang pendidik muslim berhasil dalam menata kegiatan seksual pada orang dewasa (orang tua), hal itu akan berpengaruh terhadap pendidikan seksual pada anak, di mana orang tua khususnya mengajarkan pada anak sikap-sikap seksual yang aman atau sehat.[9]

Dalam hal ini islam mendeskripsikan bahwa pendidikan seks bagi anak yang mendasar adalah perbaikan-perbaikan sikap bagi orang tua dalam melakukan hubungan seks, dengan kata lain islam menganjurkan bagi orang tua untuk selalu memperhatikan sekitarnya ketika hendak melakukan hubungan badan. Hal ini dapat dilihat dari hadits nabi yang artinya “ Demi Tuhan yang diriku ada dalam genggaman-Nya, jika seorang suami menggauli istrinya, sementara di rumah itu ada seorang anak kecil yang terbangun sehingga melihat mereka, serta mendengar ucapan dan hembusan nafas mereka, ia tidak akan mendapatkan keuntungan, jika anak itu baik laki-laki maupun perempuan melainkan menjadi pezina.”[10]

Selain itu orang tua juga dituntut untuk memberikan pengetahuan-pengatahuan tentang seks yang sesuai dengan syariat. Serta mengajarkan hukum-hukum islam, dengan mengaitkan perbuatan-perbuatan seks yang terlarang (haram) untuk dilakukan dan yang diperbolehkan (halal). Dan yang lebih penting lagi adalah menanamkan jiwa spiritual mereka kepada Allah Azza wazalla.

3. Kesimpulan

v Pendidikan seks sangat penting bagi perkembangan seksualitas anak, agar terhindar dari penyimpangan-penyimpangan dalam seks.

v Dalam pelaksanaan pendidikan seks ini, orang tua merupakan pendidik utama yang lebih efisien, sebab mereka dapat melihat atau memperhatikan aplikasi seks si anak

v Islam sangat menganjurkan bagi orang tua untuk memperhatikan lingkungan sekitar rumahnya dalam melakukan hubungan badan (jima`)

v faktor yang menyebabkan terjadinya penyimpangan-penyimpangan seks adalah kurangnya didikan dari orang tua dalam mengarahkan dan membimbing perkembangan seksualitas seorang anak, masuknya budaya-budaya barat yang tidak sesuai dengan norma-norma adapt dan agama

4. Saran

Bagi semua kalangan baik orang tua, guru, masyarakat bahkan pemerintahan hendaknya menyikapi masalah-maslah Free sex dengan lebih serius lagi terkhusus bagi orang tua. Sebab tidak ada penyakit kalau tidak ada obatnya, begitu pula lah halnya dengan Free sex, dapat kita hindari agar tidak terjangkit pada generasi-generasi kita dengan cara: membatasi masuknya pengaruh budaya asing, terutama kepada lingkungan keluarga yang memiliki anak usia remaja, apalagi dibawah umur. Kemudian mengevaluasi semua mata pelajaran di sekolah-sekolah menengah yang berhubungan dengan moral dan akhlak. Mengintensifkan pengawasan orang tua terhadap putra ptrinya dengan cara menanamkan pendidikan seks kepada anak serta meningkatkan motivasi orang tua terhadap anaknya untuk selalu melakukan ibadah. Selanjutnya kepada remaja hendaklah diingatkan bahwa mereka adalah pemuda harapan bangsa, generasi penerus, pemegang tongkat estapet kepemimpinan negeri ini.

DAFTAR PUSTAKA

Charlie Ch. Legi, Seks Bebas, padang: Koran Singgalang, 15 Maret 2009

Madan, Yusuf. Sex Education For Children, Jakarta: Hikmah PT. Mizan Publika,

2004

Zainimal, Sosiologi Pendidikan, Padang: Hayfa Press, 2007


[1] Zainimal, Sosiologi Pendidikan, Padang, Hayfa Press, cet, I, 2007, hal, 83

[2] Ibid, hal, 83-84

[3] Ibid

[4] Ibid, hal, 86

[5] Ibid, hal 87

[6] Charlie Ch. Legi, Koran Singgalang. Ed. Minggu, 15 Maret 2009, h. 17

[7] Yusuf Madan, Sex Education For Children, Jakarta: Hikmah (PT. Mizan Publika), hal, 183

[8] Ibid, hal 184

[9] Ibid

[10] Ibid 195

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar